Tuesday, December 21, 2021

Mencurigai diri

Jika ingin hidup damai di dunia
bahagialah dengan apa yang kau punya.

‌Walau hatimu merasa semua belum sempurna
Sebenarnya kita, sudah cukup semuanya.

Bila dunia membuatmu kecewa
Karena semua cita-citamu tertunda

Percayalah semuanya
Telah diatur semesta
Agar kita mendapatkan yang terindah.

Begitu kata adera dalam lagunya yang bertajuk "Catatan Kecil".
Liriknya seperti sebuah kalimat penyembuh bagi tiap hati yang sedang rapuh. Seolah memberi "puk puk" pada setiap bahu yang rapuh karena berbagai masalah hidup.

Sama seperti rapuhnya diri ini beberapa waktu lalu karena sesuatu.
Jadi, ceritanya begini.


Suatu hari seorang teman dari timur indonesia sana mengabarkan padaku. 


"Eh kukira kalian yang bakalan nikah? Dulu dia sebucin itu sama kamu." 

Celetuknya dengan wajah antara antusias dan menggoda. 


Aku bingung, bagaimana bisa seseorang yang sudah lama tidak telepon, tidak chatting, bahkan tidak bertemu katanya bisa sebegitu bucinnya denganku.

Aku bingung, padahal di sini aku malah mencurigai diriku sebagai perempuan yang terlampau tidak menarik, tidak cantik, tidak pandai. Dan hanya pandai pencitraan saja.

Katanya menurutnya aku pandai, meski tidak pernah mencicipi pendidikan di bidang tertentu. 

Katanya menurutnya aku anak yang berbakti, walaupun kenyataannya aku malah selalu mengutuk diriku yang terlalu banyak menggerutu dalam hati.

Katanya menurutnya, aku pandai menghargai orang, padahal aku menyadari bahwa aku adalah manusia yang selalu memenuhi isi kepalaku dengan berbagai prasangka dan takut salah langkah.

Yang lebih membuatku bingung, kalau dia pernah menyukaiku kenapa tidak bilang padaku? Kan kalau bilang, nanti akan kubicarakan pada orang tuaku. Kebetulan waktu itu aku juga seorang secret admirernya padahal.

Kenyataannya dia bilang menyukaiku pada teman dekatnya, parahnya lagi teman dekatnya malah membongkar hal ini padaku, tepat setelah beberapa bulan usia awal pernikahan si pria aneh ini.

Tadinya kupikir cinta dalam diam akan selalu berakhir bahagia seperti cerita cinta dari teman-temanku.

Mungkin akhir bahagia versiku memang agak didesain berbeda oleh Allah. Hanya saja belum kelihatan.

Boleh dibilang, waktu ada kabar pernikahannya aku yang sebagai secret admirernya jadi sedikit kecewa, tapi aku buru-buru meluruskan pikiranku dan menyadari bahwa tidak ada jodoh yang tertukar. Bagaimana pun allah adalah zat yang maha baik dan selalu memberi yang terbaik. Kesadaran itu saja sudah lebih dari cukup untuk saya.


Aku sadar, bahwa aku terlampau sering emengutuk diri yang terlampau tidak sempurna. Padahal aku masih ingat beberapa waktu yang lalu temanku  bilang "Kamu jangan terlalu sering memfitnah dirimu dan melabeli diri sebagai perempuan yang bodoh." Katanya.


"Kamu harus jadi orang pertama yang berterimakasih pada dirimu yang senantiasa belajar." Katanya.


Tapi aku malah semakin curiga dan bertanya pada diri ini. "Apa benar aku tidak sebodoh itu?" 

"Apa boleh, aku mengapresiasi kebodohanku?"🤔